BAB
I
1.1
Analisis
Situasi
Panti Lansia Al-Ishlah terletak di Gg. 22A Jl. Laksda Adi Sucipto
No.30, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Panti ini merupakan satu-satunya panti lansia muslim
di kota Malang yang dikelola oleh yayasan Al Ishlah. Di panti ini, tinggal
tigabelas lansia yang kesemuanya adalah wanita. Lansia tersebut berasal dari
beberapa daerah baik Malang, maupun di luar kota Malang. Dilihat dari segi
lingkungan, panti ini terletak di daerah yang cukup sejuk, dengan bangunan yang
masih relatif baru, dan rapi. Panti ini resmi dibuka
pada tahun 2009, sedangkan pembelian tanah sudah sejak duapuluh tahun
sebelumnya. Panti ini berada di bawah yayasan yang sama dengan beberapa pondok
pesantren yatim, Al-Ishlah. Pendirinya adalah bapak Mohammad Aidin.
Saat ini panti dikelola oleh panitia inti, dua orang
karyawan yang bekerja mengurusi kebersihan panti, dua orang di bagian dapur,
serta dua orang pembantu umum. Dalam setiap kamar biasanya diisi dua sampai
tiga lansia. Lansia yang tinggal dipanti Al Ishlah ini rata-rata berusia di
atas enam puluh tahun. Kebanyakan sudah mengalami demensia, dan Sembilan di
antaranya sudah tidak mampu beraktivitas di luar ruangan lagi dikarenakan
kondisi yang sudah tidak memungkinkan. Rata-rata lansia panti Al Ishlah
menderita hipertensi. Sejak tahun 2009 hingga 2016, tercatat sudah tiga puluh
lansia yang tinggal, dan meninggal di panti ini.
Pihak panti sendiri memiliki kebijakan bahwa keluarga
yang menitipkan lansia nya harus menjenguk minimal satu bulan sekali, jika
tidak, maka lansia akan dikembalikan kepada keluarga lagi. Untuk pendanaan,
panti Al Ishlah mendapatkan sumber dana dari yayasan, maupun dana incidental,
seperti infaq shodaqoh dari kunjungan-kunjungan insidentil. Selain itu, pihak
penanggung jawab atau keluarga lansia juga diwajibkan membayar sebesar Rp. 1.
500. 000,-
Secara teknis, pemberian makan bagi lansia diberikan
tiga kali dalam sehari yakni pukul 07.00 pagi, pukul 11.00 pagi, dan pukul
16.00 sore hari. Akan tetapi, lansia diberi kebebasan untuk makan di waktu-waktu
selain waktu yang ditentukan tersebut jika diperlukan. Sedangkan, dalam hal
penyusunan menu bagi lansia tidak ada pedoman khusus.
1.2 Program
yang sedang Berjalan atau Pernah Diberlakukan
Program
yang pernah diberlakukan di Pondok Lansia Al-Islah yaitu senam lansia. Namun
untuk keberlanjutan program senam bagi lansia ini tidak ada. Hal ini
dikarenakan tidak adanya pihak yang mengkoordinasi program tersebut dan dari
kondisi lansianya sendiri yang tidak memungkinkan untuk mengikuti program senam
lansia secara rutin dan teratur karena kondisi lansia di Pondok Lansia Al-Islah
sendiri yang tidak memungkinkan diantaranya ada yang sakit stroke, darah tinggi,
dan lain-lain yang menghambat mobilisasi mereka dari tempat tidur.
Program
yang sedang berjalan di Pondok Lansia Al-Islah adalah tidak ada program yang
sedang berjalan. Untuk program pemeriksaan kesehatan rutin bagi para lansianya
sendiri tidak ada atau tidak berjalan atau dapat juga disebut vakum. Hal ini
dikarenakan pihak yang diajak bekerjasama untuk melakukan pemeriksaan rutin
bagi lansia diPondok Lansia Al-Islah ini yaitu Puskesmas terdekat tidak
memberikan sikap yang positif dan mendukung jalannya pemeriksaan kesehatan
rutin tersebut. Pihak puskesmas tidak mau datang ke Pondok Lansia Al-Islah
untuk melakukan pemeriksaan, selain itu hambatan juga ada bagi pihak Pondok
Lansia Al-Islah yaitu kurangnya fasilitas untuk membantu mobilisasi tiap
minggunya bagi lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas,
ditambah juga dengan kondisi fisik lansianya ada yang sudah tidak memungkinkan
mobilitas ke puskesmas terdekat sehingga dengan banyaknya hambatan dari pihak
puskesmas dan pihak pondok lansia sendiri, program pemeriksaan kesehatan rutin
dari kerjasama dengan pihak puskesmas bagi lansia ini tidak berjalan sampai
sekarang. Namun untuk penanganan lansia yang mengalami ganggguan kesehatan atau
penyakit, pihak panti sudah mempunyai 2 dokter (sosial) yaitu dr. Lesmana dan
dr. Durais yang keduanya itu mengobati lansia yang terserang penyakit tanpa
digaji oleh pihak pondok lansia. Dua dokter tersebut juga bersedia untuk
dipanggil sewaktu-waktu oleh pihak Pondok Lansia Al-Islah untuk membantu
penanganan penyakit yang dialami oleh lansia. Jadi dapat dikatakan bahwa di
Pondok Lansia Al-Islah tidak ada program pemeriksaan kesehatan rutin bagi
lansia, hanya saja ada 2 dokter yang siap dipanggil sewaktu-waktu untuk
membantu penanganan penyakit lansia.
1.3 Kesulitan Dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Program
Selama proses program berlangsung, kesulitan
dan hambatan dalam pelaksanaan program di lansia tersebut yaitu dari segi
finansial dan SDM. Menurut Bapak Nur sebagai
pengelola Pondok Lansia Al-Ishlah, keuangan di dalam panti tersebut dapat
dikatakan masih terbatas. Sumber dana juga hanya berasal dari iuran pihak
penanggung jawab dari lansia tersebut. Kendala dalam bidang kesehatan antara
lain kurangnya berjalannya kerjasama dengan puskesmas dengan pihak Pondok Lansiauntuk pemeriksaan kesehatan rutin bagi
lansia. Oleh karena itu, tidak ada pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan
bagi lansia, jika ada lansia yang sakit, selagi dari pihak panti masih bisa
mengobati sendiri maka diobati oleh pengurus Pondok
Lansia. Namun jika sakit masih berlanjut baru didatangkan dokter ataupun
mantri yang secara sukarela melakukan pemeriksaan di Pondok Lanisa Al-Ishlah.
Selain itu juga kurangnya fasilitas kendaraan dari pihak panti untuk
mengantarkan lansia yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat, mengingat
sebagian besar lansia mengalami stroke dan tidak bisa berjalan.
Selain itu,
kurangnya anggaran dana juga mengakibatkan kurangnya fasilitas kesehatan yang
diberikan kepada lansia. Selama ini sumber dana hanya berasal dari iuran lansia
sendiri. Kendala dari tenaga kerja juga sangat terbatas. Hanya ada dua orang
yang menggurus lansia dan juga merangkap sebagai juru masak. Mengingat jumlah
lansia yang tidak sedikit, masih sangat dibutuhkan lebih banyak lagi penggurus
lansia di Pondok Lansia Al-Ishlah.
1.4 Evaluasi
Kekurangan Program Yang Telah Berjalan
Berdasarkan
hasil observasi dapat diketahui bahwa di Pondok Lansia
Al-Islah terdapat beberapa kekurangan yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas
pelayanan terhadap para lansia. Kekurangan-kekurangan tersebut diantaranya
yaitu kurangnya jumlah tenaga kerja atau pengurus di pondok lansia. Telah
diketahui bahwa jumlah tenaga kerja atau pengurus pada bagian memasak untuk
makanan lansia hanya berjumlah 2 orang, namun dari 2 orang tersebut ternyata
tidak hanya bertugas di bagian dapur saja, mereka juga melakukan tugas lain
seperti menyuapin para lansia, membersihkan dan memandikan sampai menjemur para
lansia di pagi hari. Hal yang menyebabkan para lansia harus diberikan bantuan
suapan ketika makan dikarenakan sebagian besar para lansia di Pondok Lansia Al-Islah telah
memiliki penurunan fungsi pada kondisi fisik sehingga banyak lansia yang hanya
berbaring di tempat tidur.
Selain 2 orang
dari petugas masak, terdapat 2 orang petugas kebersihan, dan 2 orang petugas
serabutan. Namun dari sejumlah tenaga kerja keseluruhan tersebut, tidak
semuanya yang dapat datang bekerja setiap harinya. Hal tersebut sering
menyebabkan petugas di bagian tertentu juga melakukan tugas lain atau dapat
dikatakan melakukan pekerjaan lebih dari satu jenis pekerjaan. Sehingga dengan
merangkap beberapa tugas atau pekerjaan sering membuat tenaga kerja atau
pengurus sangat sibuk dan semrawut.
Tidak hanya di
tenaga kerja atau pengurus panti, hingga saat ini di panti Al-Islah belum pernah
ada program yang dijalankan dengan maksimal atau belum pernah ada program yang
berhasil dilakukan di panti tersebut. Hal ini disebabkan karena kebanyakan para
lansia di panti Al-Islah sudah tidak memiliki kemampuan atau minat untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaat. Selain itu dari pihak pengelola program juga
kebanyakan hanya melaksanakan programnya pada saat waktu tertentu saja, tidak
dilanjutkan seterusnya.
Pelayanan
kesehatan bagi para lansia di panti Al-Islah juga dapat dikatakan memiliki
kekurangan. Panti Al-Islah juga telah melakukan kerja sama dengan dinas
kesehatan seperti puskesmas yang ada di sekitar wilayah panti tersebut. Namun
hal itu tidak dapat berjalan optimal, dikarenakan pelayanan kesehatan di
puskesmas tersebut tidak memberikan pelayanan kesehatan kunjungan di panti
tersebut. Puskesmas hanya memberikan pelayanan kesehatan apabila pihak panti
yang berkunjung ke puskesmas tersebut. Hal ini tidak memungkinkan dari pihak
panti dikarenakan selain dari faktor kondisi para lansia juga dipengaruhi dari
kurangnya tenaga kerja yang ada. Pihak panti hanya akan berkunjung ke puskesmas
apabila terdapat lansia yang sedang sakit parah dan membutuhkan pertolongan
segera.
Kecukupan gizi
para lansia di panti Al-Islah juga belum dapat dikatakan optimal. Hal tersebut dikarenakan meskipun pihak panti
telah memberikan berbagai macam menu makanan namun apabila tidak dilakukan
manajemen yang baik terkait dengan bagaimana susunan menu makanan setiap
harinya yang wajib terpenuhi maka hal tersebut juga akan sia-sia. Pihak panti
hanya memberikan makanan sesuai dengan keinginginan para lansia tanpa
mempertimbangkan apakah makanan yang diinginkan tersebut sudah memenuhi
kecukupkan gizi yang dibutuhkan setiap harinya atau tidak. Dapat dikatakan
pihak panti hanya memberikan menu makanan ala kadarnya.
BAB 2
2.1 Gagasan
Yang Diusulkan
Secara umum
kebutuhan gizi para lansia sedikit lebih rendah dibandingkan kebutuhan gizi di
usia dewasa. Sebagian besar kondisi para lansia di panti Al-Islah sudah tidak mampu
melakukan aktivitas fisik dengan baik, karena kebanyakan dari mereka hanya
berbaring di tempat tidur maupun duduk di kursi roda. Selain itu juga para
lansia di panti tersebut banyak yang sudah mengalami kemunduran baik secara
fisik maupun biologis, misalnya giginya ompong, sensitivitas indera berkurang,
kurang lancarnya proses pencernaan, dan sebagainya. Oleh karena itu asupan gizi
lansia perlu disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia
sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal.
Berdasarkan
berbagai macam masalah tersebut, maka saya mengajukan sebuah gagasan yaitu
“Pengadaan Bubur Sebagai Menu Sarapan Pagi Bagi Lansia”. Alasan dari saya
mengajukan gagasan ini dikarenakan di panti Al-Islah belum ada manajemen menu makanan
atau jadwal menu makanan untuk menyusun jenis makanan yang diberikan para
lansia. Selain itu karena keterbatasan tenaga kerja sehingga di waktu pagi
pengurus yang bertugas menyiapkan makan untuk lansia juga disibukkan dengan
melakukan pekerjaan lainnya, hal tersebut membuat pengurus bagian dapur bekerja
dengan semrawut dan hanya membuat menu sarapan ala kadarnya seperti yang
diberikan para lansia di panti Al-Islah untuk menu sarapannya berupa mie,
telor, dan tempe. Mereka akan memulai masak menu lengkap ketika mereka selesai
melakukan pekerjaan di pagi hari seperti menyuapkan makanan lansia, memandikan,
menjemur lansia, dan membersihkan kamar tidur lansia. Menu lengkap yang di
masak tersebut akan digunakan untuk makan siang dan sore.
Pada gagasan ini
dapat memberikan berbagai kemudahan seperti misalnya dengan membuat menu bubur
maka dapat memberikan kemudahan bagi pengurus dapur untuk tidak perlu
repot-repot memasak berbagai macam olahan makanan untuk sarapan pagi para
lansia, sehingga pengurus masih dapat melakukankan pekerjaan lainnya. Di
samping itu juga, bubur sangat efektif diberikan pada lansia hal tersebut
dikarenakan bubur merupakan makanan yang halus sehingga dapat memudahkan para
lansia untuk mencerna makanan tersebut dan bubur merupakan makanan yang baik
untuk lansia sebagai pengganti menu sarapan mie, telor, dan tempe tersebut.
Dalam mengolah bubur juga tidak perlu menggunakan banyak bahan-bahan penyedap
seperti MSG. bubur dapat diolah dengan berbagai macam bahan tambahan seperti
sayur, wortel, telor, daging ayam, dan sebagainya.
2.2 Kendala
Gagasan
Kendala yang
dapat terjadi apabila gagasan ini disetujui dan diterapkan adalah seperti
tambahan biaya. Untuk dapat melaksanakan gagasan ini maka dibutuhkan dana atau
biaya dalam pemenuhan kebutuhan bahan-bahannya. Selain itu sifat
ketidak-telatenan pengurus dalam mengolah dan menyusun menu makanan juga dapat
menjadi hambatan atau kendala dalam pelaksanaan gagasan ini.
2.3 Strategi
Penerapan Gagasan
Berikut ini
merupakan strategi dilakukan dalam melaksanakan penerapan gagasan ini adalah:
a.
Menyampaikan gagasan ini kepada
pengurus dan pengelola panti Al-Islah
b.
Indentifikasi permasalahan yang ada
di panti Al-Islah
c.
Identifikasi permasalahan atau
kekurangan yang dimiliki para lansia di panti Al-Islah
d.
Diskusi bersama pihak-pihak yang
terkait
e.
Menyiapkan persetujuan
f.
Menyiapkan gambaran mengenai
mekanisme penerapan program
2.4 Teknik
Implementasi Yang Akan Dilakukan
Teknik
implementasi dalam gagasan ini adalah menerapkan sebuah menu bubur sebagai menu
sarapan di pagi hari untuk para lansia di panti Al-Islah. Dalam mengolah menu
bubur ini akan diaplikasikan dengan berbagai jenis bahan seperti sayur, wortel,
telur, ataupun daging ayam. Sehingga pemenuhan gizi dalam menu bubur ini akan
tetap tercukupi.
2.5 Prediksi
Manfaat
Untuk prediksi
manfaat yang akan diperoleh apabila gagasan ini dapat dilaksanakan adalah
memudahkan pengurus dalam mengolah menu sarapan bagi lansia, hal ini
dikarenakan pengolahan menu bubur ini sangat praktis, sehingga tidak perlu
repot-repot mengolah berbagai macam jenis makanan untuk sarapan pagi. Selain
itu dengan bubur, maka para lansia akan mudah mencerna makanan tanpa harus
mengunyah berat-berat. Bubur dapat diolah dengan berbagai macam pengaplikasian
bahan makanan lainnya. Dengan bubur, maka pengurus tidak perlu memasak
menggunakan bahan penyedap rasa yang berlebihan.
2.6 Pihak-Pihak
Terkait
1.
Pengurus dan Pengelola panti
Al-Islah
Peran pengurus
dan pengelola panti Al-Islah adalah dalam hal mengatur dan menyediakan segala
fasilitas pelayanan yang dibutuhkan.
2.
Para tenaga kerja di panti Al-Islah
Peran para tenaga
kerja di panti Al-Islah adalah untuk menjaga dan merawat para lansia.
3.
Para lansia di panti Al-Islah
Peran bagi para
lansia adalah turut mendukung adanya pelaksanaan gagasan ini sehingga dalam
melaksanakan program tersebut mampu memberikan dampak positif bagi mereka
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Panti Lansia Al-Ishlah adalah panti muslim yang
terletak di Gg.
22A Jl. Laksda Adi Sucipto No.30, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Terdapat 13 lansia di panti Al-Islah. Program
yang pernah diberlakukan di Pondok Lansia Al-Islah yaitu senam lansia. Namun
untuk keberlanjutan program senam bagi lansia ini tidak ada dan hingga saat ini tidak ada program yang dilakukan,
hal tersebut disebabkan oleh beberapa kendala seperti hambatan dari
segi finansial dan SDM, selain itu juga
dipengaruhi dari kondisi fisik para lansia.
Kecukupan
gizi dari para lansia di panti Al-Islah belum dapat dikatakan optimal,
dikarenakan di panti tersebut tidak ada manajemen penyusunan menu makanan,
sehingga pihak panti hanya memberikan makanan ala kadarnya sesuai keinginan
para lansia tanpa memperkirakan kecukupan gizinya. Oleh sebab itu gagasan yang
diusulkan yaitu “Pengadaan Bubur Sebagai Menu Sarapan
Pagi Bagi Lansia” merupakan
gagasan yang salah satu tujuannya adalah untuk menyusun menu sarapan yang baik
bagi lansia di panti Al-Islah.
LAMPIRAN
0 Comments