"Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat
dan keinginan. Dan semua hasrat keinginan adalah buta, jika tidak
disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak di ikuti
pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta".
-Khalil Gibran-
BENTUK KAPITALISME BIDANG KESEHATAN DAN PENGARUHNYA DALAM PERILAKU MASYARAKAT
Abstraksi:
Jurnal
ini menjelaskan tentang kapitalisme kesehatan yang mulai muncul pada masyarakat
modern saat ini. Kapitalisme kesehatan merupakan salah satu bentuk cabang dari
paham kapitalis dalam menanamkan pengaruhnya di masyarakat salah satunya
melalui dunia kesehatan. Kemunculan kapitalisme kesehatan ini hadir dalam
berbagai bentuk untuk membuat atau bahkan mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam berbagai tindakan dalam hal yang menyangkut kesehatan diri manusia yang
sudah memasuki era modern seperti saat ini.
Keyword:
kapitalisme, kesehatan, bentuk dan pengaruh
Pendahuluan:
Kehidupan
masyarakat dunia sekarang yang telah memasuki era modern dengan berbagai macam
kemewahan dan kemudahan di dalamnya, telah membuat cara pandang masyarakat
dalam menjalani hidup telah mengalami banyak perubahan salah satunya dalam
melihat dan memahami dunia kesehatan di dalam hidupnya. Kesehatan merupakan
salah satu kebutuhan primer yang dibutuhkan oleh setiap individu dalam
menjalani hidup agar dalam setiap kegiatan aktivitas hidupnya dapat
dijalankannya dengan baik dan agar tetap produktif. Ia tidak berbeda dengan
kebutuhan akan udara, air, dan bahan makanan. Terlebih kesehatan sangat
dibutuhkan oleh individu yang hidup dalam masyarakat modern yang ada seperti
saat ini karena kesehatan digunakan untuk modal dalam menajalankan kegiatan
yang begitu kompleks sesuai dengan tuntutan kehidupan modern.
Akan
tetapi, di bawah kapitalisme, kesehatan seolah-olah menjadi kebutuhan yang
eksternal, kesehatan tidak ada bedanya dengan komoditi lain seperti mobil,
motor, televisi, dan lain-lain.[1] Jaringan
kejahatan atau mafia yang bernama kapitalis telah merambah dunia kesehatan,
sehingga orientasi pelayanan kesehatan yakni yang dulunya
merupakan sebuah spiritual dan kemanusiaan dikesampingkan dan sehingga sekarang
menjadi sebuah orientasi ke arah materialisme.
Kapitalisasi kesehatan tampak dari monopoli oleh sekelompok orang, sehingga tidak semua orang bisa dan boleh menyelenggarakan pelayanan kesehatan Akibatnya, penumpukan modal hanya ada di dalam tangan segelintir orang dan tidak dibagikan kembali secara adil kepada semua orang. Padahal, seperti yang kita ketahui bersama jika kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga kesehatan diperlukan oleh setiap masyarakat.
Kapitalisasi kesehatan tampak dari monopoli oleh sekelompok orang, sehingga tidak semua orang bisa dan boleh menyelenggarakan pelayanan kesehatan Akibatnya, penumpukan modal hanya ada di dalam tangan segelintir orang dan tidak dibagikan kembali secara adil kepada semua orang. Padahal, seperti yang kita ketahui bersama jika kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga kesehatan diperlukan oleh setiap masyarakat.
Berdasarkan
hal inilah yang dilihat oleh kalangan para paham kapitalis untuk melebarkan
pahamnya tentang kapitalis di sektor kesehatan. Kesehatan adalah sesuatu yang utama
di dalam kehidupan manusia. Karena berdasarkan kebutuhan kesehatan yang sangat
penting itulah mereka mulai menanamkan berbagai penawaran pada sektor kesehatan
kepada masyarakat utamanya pada masyarakat modern yang dijadikan sebagai lahan
pasar untuk memperkuat pahamnya tersebut. Penawaran yang diberikan oleh para
kaum kapitalis dalam sektor kesehatan tidak hanya berupa bagaimana suatu
individu dalam masyarakat dapat sembuh atau sehat, tetapi ada tawaran lain yang
ditawarkan yaitu penawaran kesehatan untuk gaya hidup atau untuk memperindah
diri melalui media kesehatan yang seolah-olah hal itu membuat masyarakat lebih
terpikat dan mau untuk melakukannya walaupun sebenarnya mereka sedang tidak
merasa sakit tetapi hanya lebih digunakan untuk kepuasan diri suatu individu.
Penawaran
yang dibuat para kaum kapitalis ini akan berjalan sesuai dengan rencana karena
pada jaman yang modern seperti saat ini, alat atau teknologi yang digunakan
untuk membantu proses kesehatan itu dapat menunjang penawaran kesehatan seperti
ini yang didukung pula dimana sifat manusia yang tidak pernah merasa puas akan
apa yang sudah dimilikinya sehingga akan mendorong penawaran ini akan terus
berkembang bahkan maju untuk mengeksploitasi diri suatu individu manusia modern
dalam sektor kesehatan. Selain kesehatan untuk gaya hidup atau memperindah diri,
ada beberapa penawaran lain yang diberikan oleh para kaum kapitalis di sektor
kesehatan yang mencakup berbagai hal mengenai kapitalisme kesehatan dalam
kehidupan masyarakat modern yang melalui media pemerintah. Pemerintah dalam hal
ini merupakan otoritas tertinggi yang menjalankan setiap roda pemerintahan
dengan pengambilan kebijakan untuk masyarakat salah satunya adalah dalam
pengambilan kebijakan kesehatan.
Dalam konteks kapitalisme bidang kesehatan yang menyangkut pemerintah di sini adalah pemerintah merupakan pemberi kebijakan mengenai kesehatan kepada masayarakat agar masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat. Namun pada realita saat ini, kebijakan pemerintah dalam sektor kesehatan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak secara maksimal karena pemerintah secara tidak langsung melakukan tindakan dalam melanggengkan para kapitalis untuk dapat berkembang.
Dalam konteks kapitalisme bidang kesehatan yang menyangkut pemerintah di sini adalah pemerintah merupakan pemberi kebijakan mengenai kesehatan kepada masayarakat agar masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat. Namun pada realita saat ini, kebijakan pemerintah dalam sektor kesehatan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak secara maksimal karena pemerintah secara tidak langsung melakukan tindakan dalam melanggengkan para kapitalis untuk dapat berkembang.
Petugas
kesehatan seperti tenaga medis merupakan salah satu bentuk penawaran oleh kaum
kapitalis karena tenaga medis tersebut adalah salah satu pemeran untuk
menguatkan jasa-jasa yang disediakan oleh para kaum kapitalis dengan merubah
orientasi seorang petugas kesehatan yang tidak hanya untuk menyembuhkan pasien
tetapi juga untuk mencari profit atau keuntungan. Bentuk tawaran yang ketiga
adalah penyedia jasa layanan kesehatan yaitu berupa penyedia jasa klinik
kesehatan atau usaha yang menyangkut kesehatan milik perorangan atau non praktik
dokter yang semakin bertambah. Dan bentuk penawaran terakhir yaitu komersialisasi obat-obatan yang dilakukan oleh
beberapa pihak pabrik farmasi dengan memasarkan obat-obatnya melalui media
iklan.
Pembahasan:
Kapitalisme
adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya (Suyanto, 2013, 85). Menurut Robert Lekachman
dan Borin van Loon (2008 ; 3), esensi yang mendasar dari kapitalisme antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Modal
adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan
karenanya bisa di produksi berulang kali
b. Di
bawah system kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat
produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hal legal untuk
menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan pribadi
c. Kapitalisme
bergantung pada system pasar, yang menentukan distribusi, mengalokasikan sumber
daya dan menetapkan tingkat pendapatan, gaji, biaya, sewa, dan keuntungan dari
kelas social lainnya.
Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan.[3]
Dari dua definisi mengenai kapitalisme dan kesehatan, dapat ditarik pengertian
jika Kapitalisme Kesehatan merupakan suatu paham kapitalis yang melihat bahwa
pemilik modal dapat melakukan usaha untuk mencari keuntungan dalam segala aspek
bidang kegiatan dan proses tindakan yang menyangkut sektor kesehatan.
Bentuk
dari kapitalisme dalam bidang kesehatan terdiri dari 4 bentuk yang akan mempengaruhi
perilaku masyarakat, 4 bentuk tersebut yaitu:
1.
Pemerintah
Pemerintah merupakan suatu lembaga
tertinggi Negara dalam mengurusi suatu pengambilan kebijakan Negara mengenai
hajat hidup orang banyak. Pengemabilan kebijakan tersebut tidak terkecuali
dalam pengambilan kebijakan di bidang kesehatan. Pemerintah dalam hal ini
memiliki suatu keputusan yang mengikat bagi seluruh masyarakat untuk mematuhi
suatu kebijakan yang akan ditetapkan oleh pemerintah. Keputusan kebijakan
pemerintah itu di buat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tak terkeculai
kesehatan. Keputusan kebijakan yang diambil oleh pemerintah ini melalui suatu
prosedur yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan Negara, dimana
keputusan yang akan dibuat sudah mendapat persetujuan dari orang-orang yang
berada di dalam lembaga yang menyetujui dibuatnya kebijakan tersebut.
Dalam
hal ini, mengapa pemerintah dijadikan sebagai salah satu bentuk dari
kapitalisme kesehatan karena pemerintah dalam membuat suatu kebijakan di
dalamnya terdapat berbagai kepentingan dari kelompok yang memiliki ideology
yang berbeda-beda sehingga produk kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
pemerintah terkadang akan condong ke arah mana kebijakan tersebut berbentuk. Untuk
menegetahui lebih lanjut sejauh mana peran pemerintah dalam pembuatan kebijakan
dapat dilihat sebagai contoh adalah dalam pemerintahan Indonesia. Contoh
kebijakan dalam bidang kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang
dapat mengindikasikan bahwa adanya bentuk kapitalisme kesehatan melalui
pemerintah adalah sebagai berikut.
Dalam
APBN 2011, kesehatan rakyat hanya mendapat anggaran sebesar 2,3%.
Padahal, UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengharuskan anggaran
kesehatan paling minimal 5 persen. Anggaran itu pun sebetulnya menurun dari
Rp19,8 triliun menjadi Rp13,6 triliun. Pada APBN 2012, situasinya bertambah
buruk: anggaran kesehatan hanya dialokasikan sebesar Rp 14,4 triliun atau 1%
dari belanja negara.[4]
Padahal, dengan biaya kesehatan yang sangat minim, akan semakin banyak rakyat
Indonesia yang tidak bisa mengakses kesehatan. Berdasarkan data tersebut,
pemerintahan Indonesia yang sudah membuat program jamkesmas untuk rakyat miskin,
programnya tidak dapat berjalan dengan lancar karena minimnya anggaran dari
pusat, hal inilah yang mendorong nantinya pemerintah “menggandeng” beberapa pihak swasta yang bergerak pada bidang
kesehatan untuk agar program kesehatan bagi orang miskin dapat terpenuhi.
Seperti yang kita ketahui, pihak swasta tersebut akan membantu pemerintah
tetapi dengan beberapa kontrak yang diajukan oleh pihak swasta yang bukan lain
tujuannya adalah untuk mendapat keuntungan atau profit.
Kapitalisasi
yang dilakukan pemerintah lainnya yaitu berupa rencana pemerintah mengalihkan
layanan kesehatan pada mekanisme pasar. Ini nampak dari upaya pemerintah untuk
mendorong privatisasi rumah sakit umum milik pemerintah di berbagai daerah.
Privatisasi bermakna pengalihan tanggung-jawab negara dalam urusan kesehatan
kepada setiap individu warga negara.[5]
Yang utamanya urusan kesehatan adalah merupakan hak dasar warga negara
yang mesti menjadi tanggung jawab dan harus dipenuhi oleh negara. Privatisasi
juga menjadi langkah pihak swasta untuk merampas layanan publik. Karena dalam
privatisasi ini pihak swasta memiliki kewenangan untuk mengatur sendiri
keuangannya. Salah satu dampak langsung dari kebijakan privatisasi itu adalah
kenaikan biaya layanan rumah sakit di sejumlah daerah. Dengan menguatnya
privatisasi sektor kesehatan, mayoritas rakyat Indonesia pun akan semakin
tersingkir dari layanan dasar ini.
Contoh
bentuk tindakan kapitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia di atas yang
dimana seharusnya layanan kesehatan merupakan tugas dan tanggung jawab
pemerintah akan dialihkan kepada perseorangan atau swasta membuat biaya rumah
sakit adalah salah satu bentuk yang menunjukkan bahwa rencana sebuah kebijakan
yang dibuat oleh suatu pemerintah memeberikan sebuah arah mau dibentuk seperti
apa kebijakan tersebut dan dalam hal ini contoh kebijakan pemerintahan
Indonesia menuju ke arah kapitalisme yang mendorong pelayanan kesehatan ditawarkan
kepada pihak swasta yang hal ini akan mendorong persaingan kepada pihak swasta
untuk mendirikan atau mengambil alih beberapa rumah sakit untuk demi tujuan
mencari keuntungan atau profit.
Dua
kebijakan yang telah dan akan dibuat diatas nantinya oleh pemerintah nantinya akan
mempengaruhi perilaku masyarakat yang ada utamanya dalam bidang kesehatan
mengalami perubahan dan mencari jalan keluarnya untuk menghadapi kebijakan
tersebut. Perilaku masyarakat yang dapat dilihat misalnya yaitu masyarakat
miskin yang tidak mendapat kartu jamkesmas karena minimnya anggaran yang
dikeluarkan pemerintah akan melakukan sebuah tindakan perilaku penyembuhan
kesehatan secara tradisional yaitu seperti fatalis, pergi ke dukun, pengobatan
alternative dan cara tradisional lainnya. Perilaku tersebut dilakukan karena
sebagian besar masyarakat miskin di Indonesia untuk berobat ke rumah sakit
tidak memiliki biaya yang seharusnya masyarakat miskin mendapat akses berobat
ke rumah sakit dengan kartu jamkesmas tidak mendapat haknya.
Rencana
kebijakan privatisasi rumah sakit yang akan dilakukan oleh pemerintah membuat
masyarakat akan berbeda dalam menyikapinya. Masyarakat yang berada di golongan
atas atau pengusaha yang memiliki modal akan melakukan tindakan untuk mendapat
salah satu rumah sakit yang akan dilepas oleh pemerintah dan mendirikan sebuah
rumah sakit swasta baru untung mencari keuntungan sedangkan bagi kelompok
masyarakat bawah mau tidak mau melakukan tindakan pengobatan ke rumah sakit
yang sudah mendapat privatisasi mengharuskan mereka berobat jika layanan rumah sakit yang dimiliki oleh
pemerintah sudah penuh dan mengeluarkan dengan biaya yang lebih tinggi.
2.
Petugas
Kesehatan
Bentuk kedua dari kapitalisasi
dalam bidang kesehatan adalah petugas kesehatan atau orang-orang yang terlibat
secara langsung dalam masalah bidang kesehatan seperti halnya dalam kapitalisme
kesehatan ini yang menjadi sasaran oleh kaum kapitalis adalah para dokter.
Seperti yang kita ketahui, dokter adalah salah satu profesi utama atau vital
yang ada di dalam bidang kesehatan yang profesi ini memiliki peranan penting
dalam proses penyembuhan kesehatan di dalam masyarakat. Profesi dokter yang
sampai sekarang oleh masyarakat dianggap sebagai kaum yang memiliki intelektual
tinggi dalam dunia kesehatan, yang membuat profesi dokter menjadi idaman atau
pilihan utama yang ingin dapat di raih oleh sebagian masyarakat pada umumnya. Selain
dianggap memiliki sebuah intelektualitas yang tinggi dalam bidang kesehatan,
dokter juga menjadi salah satu profesi yang mendapat hal pengakuan dalam status
seseorang di dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan jaman
yang dari tahun ke tahun semakin maju dan modern, membuat profesi dokter
sekarang di dalam masyarakat menjadi pilihan utama oleh masyarakat untuk
dijadikan sebagai media orang yang dapat menyembuhkan penyakit mereka. Berangkat
dari hal inilah yang dilihat oleh para kaum kapitalis untuk menanamkan
paham-paham kapitalis mereka untuk merambah dunia kesehatan salah satunya
dengan menjadikan dokter sebagai media untuk mengembangkan paham kapitalis di
dalam bidang kesehatan. Sesuai dengan ideology para kaum kapitalis yang menjadi
tujuan utama mereka adalah untuk meraih profit atau keuntungan yang
sebesar-besarnya, dokter di jadikan sebagai media yang tepat dalam menanamkan
ideology ini. Hal ini tak terlepas dari semakin kompleksnya kehidupan manusia
saat ini yang mengharuskan adanya ragam lingkup ilmu pengobatan menjadi
terdesak untuk melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas, sesuai dengan
kompleksitas objek pengobatan yang dijumpai dalam realitas. Sehingga dalam hal
ini terjadi proses desakralisasi ilmu kedokteran dimana setiap orang dapat
memiliki kesempatan untuk memahami dan memilikinya tentunya setelah menyanggupi
syarat dan ketentuan yang diajukan melalui proses pendidikan yang lebih
sistematik. Dengan kondisi demikian, pengembangan ilmu pengobatan yang sudah
ada sebelumnya menjadi bagian yang tak terpisahkan sehingga mulailah dilakukan
penelitian-penelitian dengan bantuan teknologi modern untuk menyempernukan
pengetahuan pengobatan yang sudah ada sekarang.
Dengan semakin berkembangnya dunia
kedokteran pada saat ini, berdirilah perusahaan farmasi yang menjalin kerjasama
dengan para dokter untuk merumuskan obat-obatan yang pas dalam proses
penyembuhan kepada pasien. Yang akhirnya kondisi ini membuat pola pengobatan
yang di praktekan oleh seorang dokter kemudian terjebak pada sasaran utama
dimana pasien yang ditanganinya menggunakan obat-obatan yang berasal dari
sebuah perusahaan farmasi yang bekerjasama dengan dokter tersebut.[6]
Kondisi ini yang pada akhirnya membuat seorang pasien mengeluarkan biaya
berlebih untuk membeli obat tersebut yang hal itu merupakan tujuan ekonomis
yang berdalih dijadikan sebagai konsekuensi bayaran jasa dan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien dari bentuk pengobatan yang modern dan obat yang maju
yang dilakukan oleh seorang dokter.
Sisi lain yang menjadikan profesi
dokter sasaran oleh para kaum kapitalis yaitu semakin meningkatnya keinginan
masyarakat untuk menekuni dunia kedokteran sehingga para kaum kapitalis untuk
mengakomodosi kebutuhan tersebut mereka mengalihkannya pada dunia kesehatan
terlebihnya pada pendidikan kedokteran. Di dalam institusi-institusi pendidikan
kedokteran sekarang yang lebih mementingkan untuk memperoleh asupan dana besar
untuk kepentingan materialisme yang pada nantinya akan menciptakan para dokter
yang relative berpola pikir seragam.[7]
Kesamaan pola pikir yang dibentuk inilah nantinya yang akan membuat para dokter
melakukan sebuah tindakan selain untuk menyembuhkan penyakit pasien para dokter
juga akan mempertimbangkan pendapatan lebih yang diperoleh dari penyembuhan
yang dilakukannya dengan penggunaan metode dan peralatan canggih kedokteran
kepada pasien.
Di sisi lain, kesamaan pola pikir
yang ditanamkan oleh para kaum kapitalis dalam institusi pendidikan dokter, banyak
para dokter jika sudah lulus dari institusi suatu pendidikan dokter akan lebih
menginginkan untuk bekerja di dalam sebuah tempat yang rata-rata masyarakatnya
memiliki penghasilan tinggi. Karena mereka sadar bahwa biaya yang sudah
dikeluarkan dalam menempuh pendidikan dokter tidaklah sedikit, sehingga mereka
menginginkan suatu imbalan yang lebih jika sudah menjadi seorang dokter
nantinya. Hal ini yang membuat para kaum kapitalis sedikit demi sedikit mulai berhasil
merubah apa yang menjadi tujuan utama seorang dokter sebelumnya menjadi selain
bertujuan untuk menyembuhkan pasien tetapi juga di sisi lain ingin memperoleh
keuntungan lebih dari apa yang telah dilakukannya untuk menjadi seorang dokter.
Bentuk kapitalisasi yang dilakukan
oleh para kaum kapitalisme kepada dokter adalah banyaknya dokter yang sudah
bekerja pada sebuah instansi kesehatan seperti halnya rumah sakit masih membuka
pelayanan kesehatan di rumah mereka atau bahkan mendirikan klinik-klinik kesehatan
yang di luar rumah mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang dokter juga
memiliki tujuan beruapa keinginan untu memperoleh profit atau keuntungan yang
berlebih di luar pekerjaan utama mereka dengan modal berupa keahlian profesi
yang mereka miliki. Seperti yang kita ketahui sekarang, banyak dokter baik yang
sebagai dokter umum atau menyandang gelar spesialis setidaknya memiliki sebuah
klinik atau bahkan membuka cabang klinik lain dengan memperkerjakan dokter yang
memiliki keahlian sama. Mereka menempatkan kliniknya atau lokasi prakteknya di
daerah atau lokasi strategis yang dapat dilihat oleh masyarakat. Hal ini
menjadikan bahwa kapitalisasi kedokteran semakin berkembang dimana dalam
praktek seperti ini para dokter memiliki strategi pemasaran untuk mengenalkan
paket yang ditawarkan oleh kliniknya berdasarkan modal keahlian mereka kepada
para pasien jika ingin mengunjungi kliniknya.
Kegiatan yang dilakukan oleh para
dokter ini merupakan suatu tindakan untuk menyikapi semakin banyaknya
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang tidak di dapat di rumah
sakit karena suatu hal. Keadaan ini semakin membuat pelayanan medis milik
pemerintah seperti puskesmas semakin kalah pamor karena maraknya praktik
kesehatan yang dilakukan oleh para dokter dengan membuat klinik kesehatan di
tengah masyarakat. Seperti contoh adalah dalam melihat trend atau gaya hidup
sekarang yang sedang berkembang dalam masyarakat, seorang dokter gigi membuka
sebuah klinik di suatu tempat dan klinik tersebut menyediakan paket layanan
untuk kesehatan gigi. Tetapi dokter gigi itu juga menyediakan layanan kesehatan
gigi lainnya seperti pemasangan kawat gigi kepada para pasien yang menginginkan
memiliki gigi rapi ataupun yang hanya untuk mengikuti trend saat ini yang ada
di masyarakat tentunya dengan harga yang sudah ditentukan sebelumnya oleh
dokter. Hal ini membuat para dokter gigi lainnya tidak mau kalah sehingga
menyediakan pelayanan kesehatan gigi yang sama untuk dapat bersaing meraih
pasien dengan harga yang berbeda. Contoh dokter lainnya adalah dokter spesialis
kulit dan kelamin yang sudah bekerja di sebuah instansi rumah sakit, juga
mendirikan sebuah klinik di tengah masyarakat dengan keahlian yang sama dengan
menawarkan beberapa paket pelayanan kesehatan seperti yang lagi popular di
masyarakat sekarang seperti menghilangkan jerawat dan diet. Dari hal itu,
seorang dokter dengan spesialis yang sama akan memberikan metode dan obat yang
berbeda antara satu sama lain dalam pelayanan kesehatan yang sama karena
perbedaan peralatan teknologi kesehatan yang dimiliki oleh dokter satu sama
lain. Sehingga hal ini mendorong para dokter untuk lebih berinovatif dan
memberikan jasa pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi masyarakat agar
mendapat profit atau keuntungan.
Kapitalisasi dalam dunia kedoteran
diatas yang dilakukan oleh para kaum kapitalis mempengaruhi terhadap pola
perilaku yang dilakukan oleh masyarakat. Seperti halnya pengaruh kapitalisasi
dalam dunia pendidikan kedokteran, membuat masyarakat akan melakukan sebuah
tindakan untuk dapat mengembalikan “modal” yang sudah dikeluarkan untuk menjadi
seorang dokter dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi untuk dapat masuk
dalam dunia pendidikan kedokteran.
Kapitalisasi kedokteran itu tidak
terlepas dari para kaum kapitalis yang dapat melihat bahwa kesehatan tidak
hanya menjadi sebuah kebutuhan tetapi juga sebagai keinginan untuk mengikuti
trend atau gaya hidup dalam masyarakat. Seperti halnya marak berdirinya klinik
yang dibuat oleh dokter kesehatan baik gigi atau spesialis diatas yang berupa modal
keahlian profesi mereka akan berpengaruh pada perilaku masyarakat yaitu
menjadikan masyarakat yang konsumtif pada kesehatan. Seperti yang di katakan
Baudrillard bahwa objek sasaran yang paling banyak menjadi lahan bagi kekuatan
kapitalis untuk menawarkan produk industri budaya yaitu salah satunya adalah
tubuh manusia yang bisa dikatakan sebagian besar uang mereka untuk merawat,
mempercantik, membentuk tubuh yang ideal (Suyanto, 2013 ; 120). Hal ini
menunjukkan bahwa produk tawaran kesehatan yang diberikan oleh dokter berupa
pemasangan kawat gigi dan menghilangkan jerawat atau diet tidak hanya semata
dianggap oleh masyarakat sebagai murni kesehatan, tetapi mereka ingin berperilaku
untuk menajadikan dirinya lebih indah dan ideal kepada orang yang melihatnya
sehingga mereka berperilaku konsumtif demi keinginan lainnya tersebut.
3.
Penyedia
jasa kesehatan
Bentuk kapitalisme kesehatan yang
ketiga adalah melalui penyedia jasa kesehatan yang sekarang banyak kita jumpai
di tengah masyarakat. Penyedia jasa kesehatan tersebut hampir sama seperti yang
dilakukan oleh para dokter yang mendirikan beberapa klinik kesehatan, tetapi
penyedia jasa kesehatan seperti ini berbeda dengan para dokter dalam hal
pelayanan kesehatan yang ditawarkan kepada masyarakat. Jika para dokter
mendirikan klinik untuk tujuan praktik kesehatan mereka dan dimiliki oleh
dokter tersebut, tetapi yang dilakukan oleh penyedia jasa kesehatan disini
cenderung dimiliki oleh para pihak swasta atau perorangan non dokter yang
mendirikan sebuah penyedia jasa kesehatan bagi masyarakat dengan tujuan untuk
salah satunya mengomersilkan kliniknya yang berorientasi selain pada kesehatan
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengikuti trend atau mode
gaya hidup masyarakat. Mereka para penyedia jasa kesehatan ini dalam mendirikan
kliniknya memiliki strategi pemasaran untuk memperkenalkan produknya bahkan
metode pengobatan yang mereka lakukan dalam praktik kesehatan untuk menarik
minat masyarakat mengunjungi klinik kesehatan mereka.
Penyedia jasa kesehatan yang
sekarang banyak berada di tengah masyarakat adalah seperti penyedia jasa
kesehatan untuk mata, kulit atau kecantikan. Banyak toko-toko optik atau kaca
mata dan klinik perawatan kulit yang sekarang mereka tidak hanya melayani untuk
kebutuhan kesehatan masyarakat, tetapi mereka juga memberikan sebuah brand atau
merk pada produk mereka. Para kaum kapitalis seolah mengetahui apa yang di
butuhkan masyarakat dalam trend atau gaya hidup yang sedang diminati oleh
masyarakat sekarang. Sepeti misalnya dalam kesehatan mata, seseorang yang
memiliki usaha yang bersangkutan dengan mata yaitu usaha optik atau kacamata
melihat kondisi ini sebagi peluang bisnis untuk memperkenalkan produk mereka
bahkan mengenalkan toko usaha optic mereka untuk dapat dikenal oleh masyarakat.
Salah satu strategi pemasaran yang
dipakai oleh para pemilik usaha optic dengan mengetahui bahwa masyarakat pada
umumnya mengalami gangguan kesehatan mata seperti rabun jauh, rabun dekat atau
silinder, maka para pengusaha optic dengan menawarkan pelayanan kesehatan mata
seperti pemeriksaan mata yang dilakukan secara gratis di dalam toko tersebut
dengan bantuan teknologi kedokteran mata. Setelah melakukan pemeriksaan mata,
maka para pengusaha optic akan memberikan hasil pemeriksaan matanya kepada
pasien seperti apakah hasil dari pemeriksaan yang sudah dilakukan tadi dan
seberapa besar gangguan kesehatan mata yang dialami oleh seorang pasien. Setelah
memberikan hasil pemeriksaan, pengusaha optic akan sekaligus menawarkan
kacamata apa yang harus digunakan oleh pasien berdasar besar gangguan kesehatan
mata pasien, dan kemudian pengusaha optic sekaligus melakukan penawaran pada
pasien dengan menawarkan berbagai model kaca mata dengan berbagai bentuk
sekaligus menuliskan brand kepada kacamatanya. Tindakan pengusaha optic ini
tidak lain adalah untuk menarik minat para pasien untuk datang ke klinik mereka
dan membeli kacamata mereka yang tidak lain adalah untuk memperoleh keuntungan.
Selain usaha optic, kapitalisasi
kesehatan yang semakin marak adalah berdirinya klinik perawatan kulit dan
kecantikan yang dilakukan oleh para pengusaha. Banyak klinik pelayanan
kesehatan kulit dan kecantikan yang menawarkan berbagi metode penawaran
perawatan kulit dan kecantikan dengan bahan-bahan yang berbeda anatara satu
klinik dengan yang lainnya berbeda. Hal ini yang mendorong para pemilik usaha
perawatan kulit dan kecantikan bersaing untuk menarik para masyarakat
berkunjung ke kliniknya dengan memberikan paket harga yang berbeda antara satu
klinik dengan klinik yang lain. Bentuk kapitalisme seperti inilah yang nantinya
akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menyikapi kesehatan mereka.
Perilaku mereka dalam menyikapi kesehatan mereka tidak terlepas dari gaya hidup
yang berkembang di masyarakat sekarang ini. Seperti yang kita ketahui, unsur-unsur
yang membentuk gaya hidup seperti cara berpakaian, cara kerja, pola konsumsi
merupakan cara bagaimana individu dalam mengisi kesehariannya (Suyanto, 2013 ;
138). Seperti misalnya perilaku masyarakat dalam menyikapi gangguan kesehatan
mata, para penderita gangguan kesehatan mata sekarang selain membutuhkan kaca
mata untuk membantu penglihatan mereka, mereka juga akan mempertimbangkan baik
gaya atau model kacamata yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-harinya
sehingga pengguna bisa merasa indah ketika dipandang dalam lingkungan
sosialnya.
Hal lain yang akan mempengaruhi
perilaku masyarakat selain kesehatan mata dalam bentuk kapitalisasi jasa
pelayanan kesehatan yaitu dari semakin banyak berdirinya klinik kulit dan
kecantikan yang ada di masyarakat, membuat masyarakat akan berperilaku
mencitrakan diri pada lingkungan sosialnya. Hal ini akan membentuk sebuah
perilaku kelompok masyarakat pesolek (dandy
society) yang lebih mementingkan penampilan diri daripada kualitas
kompetensi yang sebenarnya (Suyanto, 2013 ; 153).
4.
Komersialisasi
obat
Bentuk kapitalisme kesehatan ke
empat atau yang terakhir adalah komersialisasi obat. Di dalam dunia kesehatan,
obat adalah merupakan bagian penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses
penyembuhan suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam hal ini obat
merupakan bagian vital penunjang penyembuhan suatu penyakit selain dari analisa
dokter dan teknologi kedokteran yang ada. Hal ini membuat obat sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dan menjadi ladang bisnis yang menjadi objek sasaran
oleh para kaum kapitalis dalam menanamkan paham nya di bidang kesehatan.
Dalam kapitalisasi obat ini, para
kaum kapitalis menggunakan strategi pemasaran dengan menggunakan cara
komersialisasi atau penyebarluasan produk obat dari suatu perusahaan ke
masyarakat dengan menggunakan media iklan baik secara visual melalui televisi,
baliho ataupun melalui radio. Komersialisasi melalui iklan merupakan strategi
pemasaran yang dianggap lebih tepat oleh para pemilik usaha obat-obatan yang
dalam hal ini adalah para pemilik pabrik farmasi untuk memperkenalkan produk
obat mereka kepada masyarakat luas. Dapat dikatakan seperti itu karena iklan
telah terbukti mempunyai kekuatan dahsyat untuk membujuk nafsu dan hasrat
(desire) konsumen terhadap produk barang maupun jasa di masyarakat melalui
asosiasi-asosiasi ideology citra yang dibangunnya (Kasiyan, 2008 ; 2).
Cara komersialisasi obat melalui
iklan yang dilakukan oleh pabrik farmasi ini, memiliki tujuan untuk membuat
masyarakat agar mengetahui produk-produk obat yang dibuatnya dengan harapan
masyarakat akan membeli obat mereka. Karena menurut Berkhouver, iklan adalah
setiap pernyataan yang secara sadar ditujukan kepada public dalam bentuk apa
pun yang dilakukan peserta lalu lintas perniagaan untuk memperbesar penjualan
barang-barang dan jasa (Suyanto, 2013 ; 225). Obat-obatan yang
dikomersialisasikan oleh pabrik perusahaan farmasi ini sebelumnya telah
mendapat lisensi atau di legalkan oleh badan yang berwenang mengawasi obat.
Biasanya, pabrik farmasi akan mengkomersilkan obat buatan mereka yaitu berupa
obat-obatan yang memiliki kegunaan praktis untuk penyakit-penyakit ringan
seperti batuk, flu, demam, pusing, sakit perut dan lain-lain. Dalam
komersialisasi obat ini, para kaum kapitalis mengetahui jika sakit-sakit
seperti itu merupakan sakit yang mayoritas masyarakat mengalaminya dan terjadi
hampir di semua orang setiap harinya. Sehingga hal ini dijadikan sebagai
langkah awal untuk memasarkan produk obat mereka kepada masyarakat agar
masyarakat jika mengalami sakit tersebut tidak perlu ke dokter.
Para perusahaan farmasi, dalam
mengkomersilkan produk obatnya juga tidak hanya dalam satu jenis bentuk obat,
tetapi mereka juga memberikan varian lain walaupun memiliki nama obat yang
sama. Ini merupakan salah satu langkah lain yang dilakukan oleh perusahaan
farmasi dalam memikat masyarakat untuk membeli obat yang sama namun dengan
varian yang berbeda. Karena lewat iklan para produsen tidak hanya memberikan
informasi tentang produk yang bisa di konsumsi masyarakat, melainkan secara
terus-menerus mempengaruhi, membujuk, merangsang dan menciptakan kebutuhan baru
dalam masyarakat kontemporer secara seragam dan universal (Kasiyan, 2008 ; 197).
Selain dari iklan, sasaran
distribusi penjualan dalam komersialisasi obat yang dilakukan oleh para kaum
kapitalis juga mulai merambah di tempat yang bukan merupakan penjualan obat.
Seperti halnya yang kita ketahui jika kita ingin membeli obat-obatan yang di
luar resep dokter seperti obat untuk sakit ringan, kita tidak perlu pergi ke
apotik untuk mendapatkannya. Karena kita dapat membeli obat-obat itu di tempat
perbelanjaan, toko pinggir jalan bahkan di koperasi kantor atau sekolah. Hal
inilah yang menjadi komersialisasi obat di masyarakat semakin membuat para
perusahaan farmasi mendapat keuntungan yang lebih karena selain mengkomersilkan
melalui iklan, lokasi tempat pemasaran atau penjualan produknya tidak terbatas
hanya pada satu lokasi saja tetapi di beberapa lokasi yang sehingga para
perusahaan farmasi dalam mengembangkan produk obatnya semakin besar.
Komersialiasi obat yang dilakukan
oleh perusahaan farmasi melalui iklan juga ditunjang oleh beberapa idiom,
slogan, nada dan kata-kata yang ditampilkan ketika terus-menerus diulang, maka
tidak lagi penting konteks situasinya, karena di benak masyarakat biasanya
telah terkonstruksi sedemikian rupa atas seluruh makna simbolis yang ditawarkan
iklan (Suyanto, 2013 ; 231). Yang hal ini ditujukan untuk membuat para
masyarakat lebih mudah menentukan obat mana yang di akan di konsumsi ketika
masyarakat mengalami sakit. Dalam hal ini, perusahaan farmasi akan memberikan
khasiat lain yang ditunjukkan dalam kemasan obat sehingga masyarakat lebih
percaya untuk mengkonsumsi obat tersebut mereka nantinya akan dapat sembuh
setalah meminumnya.
Kapitalisme kesehatan dalam bentuk komersialisasi
obat ini telah membuat pengaruh yang besar kepada perilaku masyarakat dalam
menentukan obat seperti apa yang akan dikonsumsi atau diminum jika suatu saat
nanti seorang individu dalam masyarakat mengalami sakit seperti itu. Seperti
komersialisasi obat memalui iklan dalam pandangan cultural studies menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
penciptaan gaya hidup (Piliang, 2003 ; 290).
Perilaku masyarakat yang dapat kita
lihat dari adanya komersialisasi obat ini adalah bagaimana masyarakat akan melakukan
perilaku dalam menentukan obat yang dipilih dalam menyembuhkan sakitnya akan
cenderung seolah-olah kecanduan untuk mengkonsumsi obat dengan merk tertentu
yang sama ketika jika pada saat membeli pertama kali dia berhasil sembuh.
Namun, jika dalam menentukan obat yang dipilih sesuai dengan merk yang ada di
iklan iklan tidak berhasil, maka masyarakat akan memilih obat lain dengan merk
yang berbeda walaupun dengan fungsi untuk menyembuhkan sakit yang sama.
Perilaku lain yang dapat dilihat
dari adanya komersialisasi obat di masyarakat adalah dimana konsumen atau
masyarakat di sosialisasi dan diarahkan untuk mengembangkan perilaku imitative
yaitu mencontoh apa yang dilakukan idola atau ikon budaya yang menjadi bintang
dalam iklan (Suyanto, 2013; 241). Jika seorang bintang iklan yang ditampilkan
lebih suka memilih obat dengan merk tertentu dalam menyembuhkan sakitnya, maka
otomatis konsumen yang melihat iklan itu akan memilih produk yang sama karena
bintang pujaannya memilih produk itu. Sehingga dalam hal ini dapat dilihat jika
logika iklan senatiasa mengandalkan kekuatan bahasa atau kata bernada sugestif,
agitatif, sloganistis dan tidak jarang bombastis (Ibrahim, 2011 : 291).
Pengaruh dari bentuk komersialisasi
obat terhadap perilaku masyarakat yang terakhir adalah masyarakat akan lebih
mudah dengan cepat membeli obat yang dilihat di iklan dengan tidak terlebih
dahulu pergi ke dokter atau memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Sehingga
tindakan ini membuat masyarakat lebih mudah tidak untuk segera pergi ke dokter
tapi menunggu ke ampuhan atau seberapa cepat reaksi obat itu berlangsung
terhadap penyembuhan penyakitnya. Hal ini akan menjadikan masyarakat akan
memiliki sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan sikap malas pergi ke dokter
atau layanan kesehatan lainnya.
Kesimpulan:
Di dalam kehidupan masyarakat yang
komplek seperti saat ini, kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang
dibutuhkan oleh masyarakat dalam menjalani hidup. Hal inilah yang membuat
munculnya kapitalisme kesehatan dengan berbagai bentuk dan mempengaruhi
terhadap perilaku suatu masyarakat. Bentuk dari kapitalisme dalam bidang
kesehatan dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu antara lain:
1.
Pemerintah
Bentuk
kapitalisasi kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah minimnya anggaran
yang dikeluarkan untuk program pelayanan kesehatan bagi orang miskin yang
sehingga membuat pemerintah “menggandeng”
beberapa pihak swasta yang bergerak pada bidang kesehatan untuk agar program
kesehatan bagi orang miskin dapat terpenuhi. Bentuk kapitalisasi lainnya adalah
rencana pemerintah mengalihkan layanan kesehatan pada mekanisme pasar. Ini
nampak dari upaya pemerintah untuk mendorong privatisasi rumah sakit umum milik
pemerintah di berbagai daerah. Karena dalam privatisasi ini pihak swasta
memiliki kewenangan untuk mengatur sendiri keuangannya. Perilaku yang ada dari
bentuk kapitalisasi kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah mendorong
persaingan kepada pihak swasta untuk mendirikan atau mengambil alih beberapa
rumah sakit untuk demi tujuan mencari keuntungan atau profit. Kurangnya
anggaran kesehatan untuk masyarakat maka masyarakat melakukan sebuah tindakan
perilaku penyembuhan kesehatan secara tradisional yaitu seperti fatalis, pergi
ke dukun, pengobatan alternative dan cara tradisional lainnya.
2.
Petugas
Kesehatan
Bentuk kedua dari kapitalisasi
dalam bidang kesehatan adalah petugas kesehatan atau orang-orang yang terlibat
secara langsung dalam masalah bidang kesehatan seperti halnya dalam kapitalisme
kesehatan ini yang menjadi sasaran oleh kaum kapitalis adalah para dokter. Bentuk
kapitalisme kesehatan yang dilakukan pada dokter adalah melalui kerjasama
dengan pihak perusahaan farmasi dalam penemuan obat, biaya institusi pendidikan
kedokteran dan membuka praktik kesehatan secara umum walaupun sudah bekerja di
suatu institusi kesehatan. Perilaku dari kapitalisme ini yang muncul adalah membuat
masyarakat akan melakukan sebuah tindakan untuk dapat mengembalikan “modal”
yang sudah dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter dengan mengeluarkan biaya
yang sangat tinggi untuk dapat masuk dalam dunia pendidikan kedokteran.
Masyarakat ingin berperilaku untuk menajadikan dirinya lebih indah dan ideal
kepada orang yang melihatnya dengan mengunjungi praktek dokter yang ada
sehingga membuat mereka berperilaku konsumtif.
3.
Penyedia
Jasa Kesehatan
Bentuk ketiga dari Kapitalisme
kesehatan adalah Penyedia jasa kesehatan. Yang dilakukan oleh penyedia jasa
kesehatan disini cenderung dimiliki oleh para pihak swasta atau perorangan non
dokter yang mendirikan sebuah penyedia jasa kesehatan bagi masyarakat dengan
tujuan untuk salah satunya mengomersilkan kliniknya yang berorientasi selain
pada kesehatan tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengikuti
trend atau mode gaya hidup masyarakat. Penyedia jasa kesehatan yang sekarang
banyak berada di tengah masyarakat adalah seperti penyedia jasa kesehatan untuk
mata, kulit atau kecantikan. Perilaku yang muncul dari bentuk kapitalisme
kesehatan ini adalah membuat masyarakat juga mempertimbangkan keindahan dan
trend sekarang selain memenuhi kebutuhan kesehatannya dan membentuk sebuah
perilaku kelompok masyarakat pesolek (dandy
society) yang lebih mementingkan penampilan diri daripada kualitas
kompetensi yang sebenarnya.
4.
Komersialisasi
Obat
Bentuk
keempat dari Kapitalisme kesehatan adalah Komersialisasi Obat. Bentuk
kapitalisme kesehatan yang dilakukan dalam komersialisasi obat ini adalah
menggunakan media iklan baik visual seperti televisi, baliho ataupun lewat
radio. Ke dua, sasaran distribusi penjualan dalam komersialisasi obat yang
dilakukan oleh para kaum kapitalis juga mulai merambah di tempat yang bukan
merupakan penjualan obat. Pengaruh perilaku yang muncul dari bentuk
kapitalisasi ini adalah perilaku masyarakat dalam menentukan obat yang dipilih
dalam menyembuhkan sakitnya akan cenderung seolah-olah kecanduan untuk
mengkonsumsi obat dengan merk tertentu, dimana konsumen atau masyarakat di
sosialisasi dan diarahkan untuk mengembangkan perilaku imitative yaitu
mencontoh apa yang dilakukan idola atau ikon budaya yang menjadi bintang dalam
iklan dan membuat masyarakat lebih mudah tidak untuk segera pergi ke dokter
tapi menunggu ke khasiatan atau seberapa cepat reaksi obat itu berlangsung
terhadap penyembuhan penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi:
Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post Modernisme. Jakarta: Kencana Prenada.
(Diakses Tanggal
28 Desember pukul 18.57 WIB)
http://beritasore.com/2009/06/13/mafia-telah-merambah-dunia-kesehatan/
(Diakses Tanggal 30 Desember 2013 pukul 09.10 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan
(Diakses Tanggal 30 Desember 2013 pukul 12.39 WIB)
http://www.berdikarionline.com/editorial/20111114/kesehatan-rakyat-dihadapan-pasar.html (Diakses
Tanggal 28 Desember 2013 pukul 18.57 WIB)
http://astaqauliyah.com/blog/read/381/kapitalisme-di-dunia-kedokteran.html#_, (Diakses
Tanggal 28 Desember 2013 pukul 19.00 WIB)
0 Comments